Subang- Puluhan Aktivis yang tergabung dalam Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI,red) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU,red) melakukan aksi turun ke jalan dengan long march dari jalan H. Ikhsan Pamanukan menuju Fly Over Pamanukan dan membagi-bagikan selembaran seruan moral dan karangan bunga kepada pengguna jalan dalam rangka memperingati hari kartini yang jatuh pada 21 April (Sabtu,21/2012).
Aksi unjuk rasa ini mendapat pengawalan ketat dari puluhan kepolisian dari Polsek Pamanukan dan mendapat perhatian dari para pengguna jalan kawasan tersebut. Kendati membuat macet, namun para pengguna jalan
sangat antusias menyaksikan orasi dan teatrikal yang menggambarkan korban dari kekerasan dalam rumah tangga dan derita para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang menjadi korban ditempat mereka bekerja.
Menurut Ketua KOPRI Subang, Neneng Nurhasanah menegaskan bahwa aksi yang dilakukan merupakan seruan moral kepada para pengguna jalan terutama kepada kaum perempuan. Bahwa eksistensi perempuan yang saat ini masih merasa terdiskriminasikan, hendaknya bangkit untuk melawan segala bentuk ketidak adilan. Padahal para wakil perempuan yang duduk dikursi wakil rakyat ternyata belum bisa dirasakan manfaatnya.
“saat ini telah cukup banyak perempuan yang terdidik dan menempati posisi-posisi strategis diberbagai sektor kebijakan. Namun, pada kenyataannya masih banyak oknum yang menjadikan kaum perempuan
tersudutkan, kebijakan politik yang tidak sensitive gender, KDRT yang terus meningkat dan didominasi oleh kaum perempuan, merupakan beberapa contoh betapa perempuan masih dalam jalan terjal,” tegas Neneng.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua IPPNU Cabang Subang, Nurul Jannah bahwa tujuan yang menjadi skala prioritas dari aksi ini adalah penegakkan supremasi hukum terhadap orang yang melakukan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang saat ini masih merambah disetiap kehidupan rumah tangga.
“tegakan supremasi hukum terhadap oknum kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Selain itu hentikan perdagangan perempuan, jangan jadikan 30% kuota keterwakilan perempuan dalam parlemen hanya sebagai aksesoris politik, samakan upah pekerja perempuan dengan laki-laki, lindungi dan selamatkan hak-hak tenaga kerja wanita (TKW) dan hentikan segala bentuk diskriminasi perempuan serta optimalkan pendidikan
pemberdayaan,” papar Nurul.
Sementara menurut Ketua Umum PMII Cabang Subang, Ade Mahmudin mengaku sangat apresiatif dengan aksi yang dilakukan oleh wadah perempuan di PMII ini. Pasalanya, aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas yang dibangun oleh perempuan agar terciptanya kesetaraan gender dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Aksi tersebut merupakan upaya memberikan pencerahan kepada kaum perempuan terhadap reformulasi kesetaraan gender yang sampai saat ini posisi perempuan seakan menjadi catatan hitam patriarkisme yang dari
zaman ke zaman selalu dialami oleh perempuan. Sebab, Undang- Undang No 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga ternyata belum bisa menjamin perempuan terbebas dari kekerasan. Untuk itu, besar harapan Pemerintah hari ini harus benar-benar melek dengan kondisi nasib perempuan,” pungkas Ade.
Aksi unjuk rasa ini mendapat pengawalan ketat dari puluhan kepolisian dari Polsek Pamanukan dan mendapat perhatian dari para pengguna jalan kawasan tersebut. Kendati membuat macet, namun para pengguna jalan
sangat antusias menyaksikan orasi dan teatrikal yang menggambarkan korban dari kekerasan dalam rumah tangga dan derita para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang menjadi korban ditempat mereka bekerja.
Menurut Ketua KOPRI Subang, Neneng Nurhasanah menegaskan bahwa aksi yang dilakukan merupakan seruan moral kepada para pengguna jalan terutama kepada kaum perempuan. Bahwa eksistensi perempuan yang saat ini masih merasa terdiskriminasikan, hendaknya bangkit untuk melawan segala bentuk ketidak adilan. Padahal para wakil perempuan yang duduk dikursi wakil rakyat ternyata belum bisa dirasakan manfaatnya.
“saat ini telah cukup banyak perempuan yang terdidik dan menempati posisi-posisi strategis diberbagai sektor kebijakan. Namun, pada kenyataannya masih banyak oknum yang menjadikan kaum perempuan
tersudutkan, kebijakan politik yang tidak sensitive gender, KDRT yang terus meningkat dan didominasi oleh kaum perempuan, merupakan beberapa contoh betapa perempuan masih dalam jalan terjal,” tegas Neneng.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua IPPNU Cabang Subang, Nurul Jannah bahwa tujuan yang menjadi skala prioritas dari aksi ini adalah penegakkan supremasi hukum terhadap orang yang melakukan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang saat ini masih merambah disetiap kehidupan rumah tangga.
“tegakan supremasi hukum terhadap oknum kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Selain itu hentikan perdagangan perempuan, jangan jadikan 30% kuota keterwakilan perempuan dalam parlemen hanya sebagai aksesoris politik, samakan upah pekerja perempuan dengan laki-laki, lindungi dan selamatkan hak-hak tenaga kerja wanita (TKW) dan hentikan segala bentuk diskriminasi perempuan serta optimalkan pendidikan
pemberdayaan,” papar Nurul.
Sementara menurut Ketua Umum PMII Cabang Subang, Ade Mahmudin mengaku sangat apresiatif dengan aksi yang dilakukan oleh wadah perempuan di PMII ini. Pasalanya, aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas yang dibangun oleh perempuan agar terciptanya kesetaraan gender dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Aksi tersebut merupakan upaya memberikan pencerahan kepada kaum perempuan terhadap reformulasi kesetaraan gender yang sampai saat ini posisi perempuan seakan menjadi catatan hitam patriarkisme yang dari
zaman ke zaman selalu dialami oleh perempuan. Sebab, Undang- Undang No 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga ternyata belum bisa menjamin perempuan terbebas dari kekerasan. Untuk itu, besar harapan Pemerintah hari ini harus benar-benar melek dengan kondisi nasib perempuan,” pungkas Ade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar