Pendidikan dan pengkaderan NU merupakan momentum untuk membaca ulang gerak dari seluruh aspek organisasi NU. Dalam forum pendidikan dan pengkaderan, sejarah, tokoh, pemikiran, gerakan, dan cita-cita harus direfleksikan secara menyeluruh dan obyektif.
Demikian inti sari pengantar Pendidikan dan Pengkaderan NU yang disampaikan oleh Yahya Ma’shum (8/11). Dia juga menjelaskan forum-forum kecil seperti ini lebih efektif untuk berefleksi dari pada upacara seremonial yang gegap gempita.
Dalam kesempatan itu, Yahya berpendapat bahwa forum seperti ini adalah forum inagurasi “Menjadi NU”. Yahya menjelaskan, “Menjadi NU adalah proses menyadari ‘menjadi nahdliyin’ melalui transfer ilmu pengetahuan secara utuh, kritis, dan berkesinambungan.”
“Setelah mengikuti pendidikan, Anda akan naik pangkat, dari ‘Sebagai NU’ menuju ‘Menjadi NU,” ujar Wakil Ketua PP Lakpesdam NU itu. “Sebagai NU’ adalah nahdliyin yang takdir, karena orang tuanya NU, atau karena pernah mesantren. ‘Sebagai NU adalah realitas sosial yang tidak bisa ditolak. Sementara ‘Menjadi NU’ momentum untuk menyadari ke-NU-an dalam dirinya,” kata aktifis PMII tahun 70-an ini menjelaskan.
Sementara itu, di sela-sela kesibukannya memfasilitasi forum tersebut, Helmy Ali menjelaskan bahwa pendidikan ke-NU-an ini didasari dengan kritisisme. Sehingga, hasil dari forum ini adalah kader yang berpihak, bukan kader yang militan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar